Dari Bisnis Sulaman Sampai Hotel

From: www.tangandiatas.com


Usaha bordir Ambun Suri dibuka Anismar pada 1975 di kota kelahirannya, Bukittinggi. Bermula dari dua mesin jahit, usahanya terus berkembang. Saat ini ia telah memiliki sekitar 150 mesin jahit. Usahanya pun tidak lagi hanya menerima upah, tetapi juga menjual pakaian jadi dengan beragam jenis bordir, semuanya pada toko yang cukup besar di Bukittinggi.

Ketika krisis ekonomi menerpa pada tahun 1997, harga barang yang melambung tinggi dan bunga kredit yang melonjak menyebabkan omzet penjualannya pun anjlok sampai sekitar 60 persen. Para karyawannya terpaksa dikurangi, inilah yang mendorongnya untuk mengajukan pinjaman ke BNI. Kucuran kredit sekitar Rp. 400 juta untuk menalangi modal diperolehnya. Dana ini digunakannya untuk membeli bahan baku pakaian dan kebaya dalam jumlah yang cukup.

Ketersediaan dana ini membuat bisnisnya terus berkembang, plafon kreditnya pun terus meningkat.  Anismar akhirnya mampu melakukan diversifikasi usaha, ia pun merambah bisnis hotel dengan nama yang sama, Hotel Ambun Suri. Ia juga membuka usaha-usaha lain yang dikelola anak-anaknya. Omzet usaha sulaman Anismar kini mencapai Rp 60 juta per bulan. Pasarnya meluas sampai ke Singapura dan Malaysia, karyanya pun diminati di Brunei Darussalam, bahkan karya sulamannya digandrungi anggota kerajaan di Malaysia.

Komitmen dan kesetiaannya yang tinggi pada bisnis bordir mendapat apresiasi dari Departemen Perdagangan, hasilnya ia diberi kesempatan menjajaki pasar sulaman di Eropa dan Jepang, dua usaha sulaman termasuk Ambun Suri kemudian difasilitasi pemerintah menjadi tempat pelatihan membuat sulaman yang cocok dengan pasar Eropa.

Mengenai modal yang nantinya dibutuhkan, ia tetap mengandalkan BNI, yang telah melayaninya dengan baik, dengan pengurusan kredit yang cepat berikut tingkat bunga di bawah rata-rata kebanyakan bank lain. Di bawah kepemimpinannya pula perkembangan sebuah Koperasi Simpan Pinjam bernama Lumbung Pusako mendapat apresiasi dari Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Melalui koperasi ini telah disalurkan pinjaman lunak senilai Rp 1 miliar sebagai modal para anggotanya, dengan tingkat bunga hanya sebesar enam persen per tahun.